Pengertian, Unsur, Jenis, Bentuk, dan Ciri Seni Peran Teater Rakyat dan Istana
Pengertian, Unsur, Jenis, Bentuk, dan Ciri Seni Peran
Salam sahabat pendidikan dimanapun berada, berikut kita akan mengurai penjelasan tentang pengertian seni peran, ragam seni peran, teknik seni peran, kreativitas seni peran, dan unsur seni peran, yang akan menjadi inti pembahasan kita pada kesempatan kali ini dan untuk lebih jelasnya mari kita simak ulasan singkat berikut ini.
Seni peran dengan watak peran yang hadir memiliki sifat;
- hitam,
- putih,
- canda,
- serius,
- pemarah,
- pemurah,
- tragis,
- romantis,
- baik,
- buruk dan
- lain sebagainya
Merupakan karakter manusia yang dipilih dan diangkat sebagai pola konflik kisah atau cerita dari suatu peran dalam mengusung simbol estetis dan nilai-nilai moral yang ditawarkan. Watak atau karakteristik orang atau tokoh yang khas, unik dan mempesona biasanya sangat berkesan dalam ingatan jika ditampilkan dengan menampilkan seni peran dari suatu tokoh cerita ke dalam bentuk pentas seni teater.
A. Pengertian Seni Peran.
Mengapa Seni peran disebut sebagai unsur penting dalam pementasan teater? sebab tanpa kehadiran seni peran yang dilakukan seorang atau banyak orang selaku pemeran di suatu pentas maka tidak mungkin terjadi peristiwa yang disebut dengan “teater”. Oleh karena itu, pembelajaran pertama dan yang paling utama dalam seni teater yang kamu harus pahami yaitu teori, konsep, teknik dan prosedur tentang seni peran.
Pengeritan Seni Peran secara etimogi berasal dari kata “ to act to” yang artinya berbuat, bertindak, melakukan atau berbuat menjadi atau berbuat seakan – akan menjadi di luar dirinya. Dari kalimat/kata “ to act ” lahirlah istilah actor dan actris.
Actor adalah istilah penamaan untuk pemeran, pelaku atau pemain untuk pria sedangkan istilah actris yaitu istilah penamaan untuk pemain atau pemeran wanita. Oleh karena itu berbicara mengenai pemain yang memiliki padanan; aktor, aktris, pelaku, atau pemeran kehadirannya tidak dapat lepas dari seni peran.
Keberagaman seni teater yang kita miliki dan yang kita ketahui, baik teater yang bersifat tradisional maupun non tradisional (transisi, modern, dan kontemporer) memiliki jenis dan bentuk pementasan yang khas yang berhubungan erat dengan kehidupan secara adat dan upacara yang mengantarkan pada pembahasan seni peran dalam teater tradisional.
B. Unsur - Unsur Seni Peran.
Perlu Kamu ketahui pula bahwa teater tradisional yang bertumbuh kembang di daerah bersifat khas dan unik yang jika dilihat dari unsur-unsur pembentuk seninya dapat dibedakan menjadi dua bentuk pementasan, yakni teater tradisional rakyat dan teater tradisinal istana yang jika dikaitkan dengan media exprsinya maka dapat pula dibedakan menjadi dua yaitu terater manusia dan teater boneka.
Berdasarkan struktur pementasannya teater tradisional, mulai dari pementasan musik, tarian pembukaan, bodoran/lawakan, babak drama/lakon yang dibawakan hingga musik penutup dalam membawakan seni perannya, maka dapat dibedakan menjadi tiga jenis gaya berikut ini.
Dalam teater tradisional rakyat, menurut Sembung, (1992:33) dapat dikatagorikan dalam tiga jenis, yaitu;
- seni peran komikal,
- seni peran realistik, dan
- seni peran dengan gaya agung.
1. Seni Peran Gaya Komikal.
Seni peran dengan gaya komikal biasanya hadir ketika pelawak mulai muncul atau tampil dalam adegan comic relief (bagian komik).
2. Seni Peran Gaya Realistik
Seni peran dengan gaya realistik biasanya ditampilkan oleh pemeran lainnya dalam membawakan lakon yang bersumber dari kehidupan sehari-hari (sejarah) / realistik/ realita, sedangkan
3. Seni Peran Gaya Agung.
Pengertian, Unsur, Jenis, Bentuk, dan Ciri Seni Peran Teater Rakyat dan Istana |
Seni peran dengan gaya agung biasanya diperankan dalam membawakan cerita atau lakon kerajaan (babad, mitologi, dst,).
Karena lakon yang diperankan pada teater tradisional rakyat tidak berdasar pada naskah tertulis, melainkan pada garis besar cerita atau lakon (bagal, bedrip), maka setiap pemeran tidak menghafalkan dialog untuk kebutuhan pentasnya melainkan dengan melakukan improvisasi (aksi spontan). Jika kita memperhatikan pementasan teater tradisional (rakyat dan istana), setiap pemerannya memiliki kemampuan peran yang ganda dalam membawakan perannya.
Disamping memiliki keterampilan dalam gaya khas membawakan peran tokoh lakon cerita, mereka juga terampil dalam bernyanyi, menari, memainkan, dan memahami iringan musik pada pementasannya. Dengan demikian, artinya bahwa seorang pemeran dalam pementasan teater rakyat dituntut untuk tidak hanya sekedar dapat berdialog melalui kata-kata atau gestur tubuh, melainkan pula harus memiliki kemampuan menari, menyanyi, menabuh, dan memahami iringan musik.
Seni peran dalam perkembangannya dimasa sekarang ini lebih populer atau lebih dikenal dengan istilah “seni acting”. Seorang pemain dalam melakukan perannya dikenal dengan kata; aktor, aktris, pemain, tokoh, pemeran dan seterusnya. Aktor, aktris, pemain, tokoh, pemeran merupakan inti atau unsur utama dalam seni peran. Maka dari itu, tanpa kehadiran seorang pemain dalam pementasan tidak akan terjadi peristiwa pementasan seni.
Namun perlu diingat pula, dalam seni peran, baik itu teater tradisional ataupun teater pengembangan atau teater modern; agar terjadi komunikasi antar para pemain dan penonton maka ada beberapa unsur - unsur penting yang harus diketahui yang antara lain sebagai berikut.
- Adanya kerja keras dan kerja sama yang baik antara pemain dan sutradara dalam membangun irama permainan dalam seni peran. Selain itu, diperlukan keterlibatan dengan beberapa unsur artistik yang melingkupi tokoh dalam suatu adegan, babak atau disebut juga dengan kepekaan ruang dalam membangun atmosfir pementasan.
- Menghindari terjadinya kesalahan pemilihan tokoh dalam seni peran yang dapat memicu terjadinya over akting (akting berlebihan) atau sebaliknya under akting (akting yang dibawah standar, kurang akspresif dari tuntutan peran yang dibawakannya). Peman, Aktor, Aktris yang baik adalah manusia kreatif yang selalu berinisiatif untuk mendandani dan menyempurnakan tubuhnya, mentalnya, sosialnya dan tanpa harus menunggu perintah orang lain, melainkan bersifat patuh atas arahan dari sutradaranya.
- Memiliki sifat berani untuk mencoba dan gagal sebab tidak akan ada keberhasilan tanpa adanya kegagalan. Itulah pentingnya sifat gigih serta kemauan yang keras perlu untuk ditanamkan untuk mendapatkan suatu keberhasilan yang sesuai dengan harapan.
- Mempunyai wawasan dan senang bergaul yang dengan hal tersebut maka disarankan untuk rajin membaca, menonton pementasan dan juga harus peka terhadap kejadian disekitar serta isu-isu yang aktual untuk lebih melatih ingatan serta emosi sekaligus sebagai bahan yang akan diceritakan dalam tematik cerita.
- Harus memiliki sifat percaya diri, kesadaran potensi atas kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Para ahli teater atau teaterawan memiliki pendapat bahwa seorang aktor, aktris, atau pemain seperti halnya dengan tanah lempung atau tanah liat yang siap untuk dibentuk menjadi apa saja, yang artinya bahwa aktor atau seorang pemain sebagai bahan baku utama mampu menjadi media melalui kepekaan, tubuh, rasa serta suara dalam membawakan peran dalam tuntutan lakonnya (cerita) yang diekspresikan secara estetis melalui simbol atau lambang audio (suara, kalimat, kata-kata), visual (gerakan tubuh) serta penjiwaan (penghayatan terhadap peran) di atas pentas.
Dengan demikian kepekaan dan mengolah kesadaran terhadap unsur seni peran yang melingkupinya mampu menampilkan perannya sesuai watak peran dengan takaran yang tepat, sehingga mampu mengundang pesona, decak kagum dalam suatu pementasan. Selain itu, dalam seni peran juga akan dialami dan ditemukan persoalan takaran atau ukuran dalam menciptakan irama permainan apakah lebih mengarah pada akting yang berlebihan atau akting dibawah ukuran standar atau takaran yang seharusnya, sehingga irama permainan menjadi monoton, tidak berkembang, menjemukan, membosankan lawan main dan juga penonton.
Dalam seni peran, terjadi kebebasan tafsir, orisinil, bersifat laku jujur atas peran yang diemban para pemainnya. Sebagai contoh, peran yang sama dari satu lakon dari pengarang yang sama, diperankan oleh seseorang dapat terjadi perbedaan penafsiran dalam membawakan seni peran, karena jam terbang dan pengalaman dalam dunia seni peran yang berbeda dan itulah bukti bahwa dalam dunia seni peran terkandung nilai kejujuran tanpa manipulasi.
Penghargaan baik tidaknya atau memikat tidaknya seni peran yang dibawakan oleh seseorang hanya dapat diberikan oleh audiensnya (penontonnya), bukan atas penilaian diri sendiri pemain atau aktor lainnya. Berdasarkan jenis dan bentuk teater tradisional tersebut, termasuk di dalam hal seni peran, maka terkait dengan seni peran yang dibawakan para aktor, aktris, pemain, dalam seni peran teater tradisional dapat dikemukakan ciri atau identitas pembentuk seninya yang diantaranya sebagai berikut.
C. Ciri – Ciri Seni Peran Teater Rakyat dan Istana.
a. Seni Peran Teater Rakyat.
- Tidak memiliki naskah tertulis, lakon disampaikan dalam bentuk bagal, bedrip, atau garis besar ceritanya saja yang bersumber dari kisah atau cerita dari daerah setempat.
- Dilakukan dengan bergaya komikal, realistik, gaya agung serta bersifat spontan tanpa latihan sebab masing-masng pemain sudah mengetahui jalan cerita dan sering diulang-ulang. Pembagian perannya bersifat multi peran, alami, dan cenderung memiliki multi peran seperti bisa bernyanyi, menari, melawak, memainkan musik dan bermain drama.
- Lebih mengutamakan nilai pesan dan mengusung fungsi terkait adat istiadat dan unsur hiburan dari pada keindahan bentuk seni (estetis). Oleh karenanya, tidak heran bahwa kecenderungan seni peran dalam pementasan teater tradisional rakyat didalamnya memiliki sifat yang tidak baku, banyak pengulangan, sederhana, bersahaja, dan spontan.
- Bahasa yang digunakan dalam proses penyampaian pesan cerita atau lakon cenderung menggunakan bahasa daerah yang bebas.
- Peralatan seni peran seperti handprop, riasan, busana, dan asesorisnya, cenderung lebih sederhana, tidak rumit dan menggunakan peralatan seadanya.
- Peristiwa pementasan melalui para pemerannya dibangun penuh keakraban dan tanpa jarak dengan penonton.
b. Seni Peran Teater Istana.
- Ada naskah baku atau tertulis yang bersumber dari cerita atau kisah raja-raja.
- Seni perannya dilakukan dengan gaya agung melalui persiapan latihan yang matang dan mapan. Pembagian peran masing-masing aktor bersifat tipe casting atau penokohan yang sudah dibagi dengan jelas, pasti dan terbina sebagai : penari, penyanyi, pelawak dan bermain drama.
- Lebih mengedepankan seni yang baku (isi seni dan nilai seni) dan mengusung fungsi terkait kebesaran raja, upcara adat dan hiburan. Oleh karena itu maka tidaklah heran bahwa kecenderungan seni peran teater istana memiliki unsur baku dan terorganisir dengan baik.
- Penggunaan bahasa dalam meyampaikan cerita cenderung menggunakan bahasa daerah yang ketat dengan idiom – idiom bahasa yang benar sesuai dengan kebutuhan.
- Peralatan seni perannya lebih rumit, glamour dan exklusif.
- Pementasan dibangun dengan lebih hikmat, bersifat khusus keluarga istana dan cenderung membangun prestise cerita raja dan kehormatan istana.
Kita juga harus memahami bahwa belajar seni peran sebagai unsur penting dalam seni teater, juga hendaknya diketahui beberapa unsur terkait seni peran tersebut . Unsur – unsur yang dimaksud yaitu tubuh, suara, rasa, pikir, dan artistik penunjang seni peran. Melalui pembelajaran dan latihan yang sungguh-sungguh dalam penguasaan teknik seni peran dapat memunculkan pemeran yang menganggumkan, memiliki pesona, mengigit, memiliki greget, mengandung ruh dan peran menjadi lebih hidup (menarik hati penonton). Hal inilah yang sejatinya yang harus dilakukan oleh seorang pemain atau aktor dalam seni teater.
Demikian ulasan singakat tentang Pengertian, Unsur, Jenis, Bentuk, dan Ciri Seni Peran Teater Rakyat dan Istana tersebut diatas, semoga bermanfaat dan teriamkasih.
Sumber : Kemendikbud_RI-2017
Sumber : Kemendikbud_RI-2017